NASA Kembangkan Robot Bedah Mini

Lihat Gambar

KapanLagi.com - Seiring perkembangan medis dan teknologi, para dokter dan ilmuwan dari University of Washington telah menciptakan sebuah robot mini yang bisa dikendalikan melalui remote control, untuk melakukan operasi pembedahan. Namun, sebelum bisa digunakan untuk kepentingan umum, robot ini akan melakukan tes yang dilakukan pada Mei mendatang, di suatu tampat yang telah dibangun oleh NASA, dengan gravitasi nol.

Robot portable, yang bisa dikontrol melalui internet oleh orang yang akan melakukan pembedahan bahkan dengan jarak jauh sekalipun ini, dibuat atas pendanaan dari Departemen Pertahanan Amerika. Sebenarnya, pengadaan robot ini dikhususkan untuk membantu para tentara yang sedang berada di medan perang, untuk melengkapi peralatan bedah yang berada di dalam jangkauan akses internet. Dan bisa juga digunakan untuk membantu pada astronot yang sedang sakit kala berada di luar angkasa.

Ada beberapa perbedaan antara robot bedah yang didemonstrasikan di University of Washington pada Rabu (18/4) lalu, dengan robot lain yang pernah ada sebelumnya, kata Profesor Blake Hannaford, wakil direktur dari laboratorium biorobotic University of Washington.

Menurutnya, robot bedah mini ini jauh lebih ringan dari yang ada sebelumnya, yakni hanya 50 pon, dan dapat digantikan dan di perbaiki oleh orang non-mekanik melalui remote control. Sedangkan robot yang sudah ada di rumah sakit pada umumnya, tidak berbentuk portable dan lebih gampang rusak dan tidak bisa diperbaiki. Selain itu, robot itu juga tidak bisa dikontrol dari jarah yang cukup jauh.

Saat robot bedah yang namakan Raven berada di laboratorium bawah laut Aquarius, di perairan Florida, tangan robot bisa memegang peralatan bedah dan melakukan operasi sebagaimana di kontrol oleh dokter-dokter yang hanya duduk di depan komputer di Seattle. Robot tersebut mampu untuk menggerakan tangan-tangan besinya.


Dokter hanya perlu monitor untuk mengoperasikan robot bedah mini

Eksperimen itu yang melibatkan tumpahan karet yang disimulasikan sebagai darah itu, juga terbukti merupakan cara efektif untuk dimanfaatkan sebagai alat tes kemampuan untuk memilih calon-calon dokter selanjutnya.

Mitchell Lum, seorang asisten peneliti dan kandidat Ph.D. alat elektrik, mengatakan bahwa waktu yang sangat berharga lebih bisa dimanfaatkan - antara instruksi pembedahan secara digital dan pergerakan tangan robot - seharusnya menjadi tantangan dari eksperimen tersebut.

"Kami pikir mereka membutuhkan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah itu, tapi kami tetap berpikir bahwa semua itu bisa terpecahkan," ujarnya.

Pada gravitasi nol, keduanya, robot dan pasien akan lambat bergerak dan bisa dihentikan, dan dokter harus mencari jalan untuk membedakan organ dan pergerakan darah tanpa grafitasi.

Para peneliti juga menambahkan, dengan eksperimen bawah air, dapat menunjukan bahwa robot bisa dibongkar kapan saja, di ganti dan diperbaiki oleh orang yang bukan mekanik sekalipun, di lingkungan grafitasi nol. (msnbc/boo)

print